STIT Al-Quraniyah Kunjungi Masjid Jogokariyan: Meneladani Manajemen Masjid Berbasis Jamaah

Belajar dari Jogokariyan: STIT Al-Quraniyah Gali Spirit Pengelolaan Masjid yang Hidup dan Memberdayakan

Ketua dan Waka I STIT-Q Mengunjungi Masjid Jogokariyan

 

Sebagai bagian dari kegiatan KKN Integrasi dan Study Visit STIT Al-Quraniyah di YogyakartaKetua STIT Al-Quraniyah, Bapak Dr. Dedi Irama, M.Pd., bersama Wakil Ketua I, Bapak Boby Hendro Wardono, M.Pd.melakukan kunjungan silaturahmi ke Masjid Jogokariyan, Yogyakarta, pada Rabu, 8 Oktober 2025.
    Rombongan disambut hangat oleh Ustadz Muhammad Jazir ASPKetua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan, yang dikenal luas sebagai tokoh penggerak manajemen masjid berbasis jamaah.

 

Kunjungan ini memberikan banyak pelajaran penting bagi pimpinan STIT Al-Quraniyah. Berikut beberapa hal menarik yang menjadi perhatian:
  1. Sederhana tapi Hidup
    Meski tidak megah dan terletak di jalan kecil, Masjid Jogokariyan selalu ramai. Saat rombongan tiba pukul 17.15 WITA, jamaah sudah berdatangan untuk salat Magrib berjamaah.

  2. Manajemen Berbasis Jamaah
    Pengurus masjid fokus membina jamaah agar tepat waktu dalam salat dan aktif berzakat, berinfak, serta bersedekah.

  3. Jaminan Keamanan dan Kenyamanan Ibadah
    Ustadz Jazir menjamin keamanan jamaahnya. Ia menegaskan, “Jika ada jamaah kehilangan sandal, sepatu, bahkan motor, maka akan saya ganti.” Hingga kini, beliau telah mengganti 6 unit motor yang hilang.

  4. Keuangan Tanpa Sisa (“Nol Saldo”)
    Setiap pekan atau dua pekan sekali, seluruh dana masjid disalurkan untuk membantu fakir miskin, anak yatim, biaya pendidikan, dan kegiatan sosial, sehingga saldo kas selalu kembali ke nol.

  5. Pendidikan dan Organisasi yang Aktif
    Masjid mengelola PAUD, membina remaja masjid, dan mendorong anak-anak belajar agama secara terbuka bersama ustadz dan ustadzah.

  6. Pelayanan Umat yang Lengkap
    Masjid Jogokariyan tidak pernah dikunci, lampunya selalu menyala, serta menyediakan ATM beras, sembako, alat belajar, dan penginapan gratis bagi musafir. Jamaah paling aktif mendapat reward umrah setiap tahun melalui sistem absensi sidik jari.

  7. Kemandirian Ekonomi Umat
    Masjid memiliki berbagai usaha mandiri, seperti penginapan syariah, yang hasilnya digunakan untuk program sosial dan dakwah.

  8. Pemberdayaan dan Perubahan Mentalitas
    Penerima zakat diberi modal usaha agar menjadi mandiri hingga akhirnya menjadi pemberi zakat. Ustadz Jazir menanamkan nilai bahwa hari ini harus lebih baik dari kemarin.

  9. Transparansi dan Ketegasan dalam Pengelolaan
    Dalam mengelola masjid, Ustadz Jazir menegaskan prinsip kejujuran dan keberanian. “Saya tidak takut dimusuhi, saya hanya takut kepada Allah SWT,” ujarnya. Prinsip ini membuat banyak pihak luar turut percaya dan berinfak ke Masjid Jogokariyan.

    Ketua dan Waka I STIT Al-Quraniyah menyampaikan bahwa kunjungan ke Masjid Jogokariyan menjadi pengalaman spiritual dan edukatif yang sangat berkesan. Model pengelolaan masjid ini dinilai layak dijadikan contoh nasional bagi pengembangan masjid di lingkungan kampus dan masyarakat.

“Masjid Jogokariyan mengajarkan bahwa masjid tidak hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat pemberdayaan umat. Kami mendapatkan inspirasi besar untuk menerapkan nilai-nilai ini di lingkungan STIT Al-Quraniyah,” ungkap Ketua STIT Al-Quraniyah.

Melalui kunjungan ini, STIT Al-Quraniyah berharap dapat mengadopsi nilai-nilai manajemen Masjid Jogokariyan dalam mengembangkan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam bidang pengabdian masyarakat dan dakwah berbasis masjid.

Masjid Jogokariyan telah membuktikan bahwa dengan keikhlasan, transparansi, dan pemberdayaan, masjid bisa menjadi pusat peradaban Islam yang hidup dan menginspirasi. [Tim Humas].

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *